TSrlGUd7TSM5GSCoGfriTpCoBA==

Partisipasi di Praktikuk Rukyatul Hilal 1 Ramadhan 1446 H di UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Pada Jum’at, 28 Februari 2025, Padepokan Albiruni ikut serta menjadi narasumber pada agenda Praktikum Rukyatul Hilal 1 Ramadhan 1446 H yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Acara ini diselenggarakan rutin setiap tahun di Rooftop Lantai 4 Gedung G yang berlokasi di Panjang Kota Pekalongan.

Partisipasi di Praktikuk Rukyatul Hilal 1 Ramadhan 1446 H

Acara ini dihadiri oleh Dr. H. Mubarok, M.S.I., selaku ketua prodi hukum keluarga Islam. Ada juga bapak M. Farid Azmi, M.H., selaku dosen falak, serta beberapa staf fakultas yang turut ikut serta pada agenda praktikum rukyatul hilal kali ini. acara dimulai dari jam 16:00 WIB hingga selesai.

Rukyatul hilal kali ini cukup istimewa karena sudah dibekali instrumen teleskop canggih yang digunakan untuk melihat hilal di ufuk barat. Edisi sebelumnya, agenda ini hanya dibekali instrumen dasar berupa theodolite yang cukup untuk melakukan praktikum rukyatul hilal.

Bapak Dr. H. Mubarok, M.S.I., selaku Kaprodi HKI dalam sambutannya menjelaskan bahwa rukyatul hilal sore ini sepertinya kita bergantung pada hasil dari teman-teman perukyat di Indonesia bagian barat, yaitu Aceh. Hal ini karena secara perhitungan kontemporer, seluruh wilayah Indonesia tidak memenuhi batas kriteria MABIMS baru kecuali Aceh. Tapi, nanti bisa lebih gamblang dijelaskan oleh para pemateri. M. Farid Azmi selaku dosen Falak di kampus tersebut turut menjelaskan bahwa kali ini secara perlengkapan kita sudah lebih siap dari edisi sebelumnya.

Masuk Pada Materi Oleh Tim Padepokan Albiruni

Ehsan Hidayat, M.H., dalam hal ini menjadi narasumber yang menjelaskan seluk beluk rukyatul hilal. Terutama peran petingnya dalam penentuan awal bulan hijriyah di Indonesia. Khusus sore ini, awal bulan hijriyah yang akan datang adalah kapan 1 Ramadhan 1446 H dan 1 Syawal 1446 H.

Terlebih dahulu mahasiswa diberi penjelasan tentang pengertian hilal, landasan rukyatul hilal, macam-macam hisab yang digunakan untuk mengetahui lokasi hilal, teknologi bantu rukyat, serta yang paling penting adalah kriteria yang digunakan untuk rukyatul hilal di Indonesia.

Pada bagian teknologi rukyat, maka instrumen standar yang perlu digunakan adalah teleskop robotik yang dilengkapi dengan perangkat olah citranya. Alhamdulillah di sini sudah tersedia. Ia mengatakan bahwa mungkin dulu teknologi rukyat yang digunakan masih sebatas tongkat, gawang lokasi, atau rubuk mujayyab guna mengintip dimana hilal berada. Sehingga otomatis kualitas hisabnya masih sederhana.

Adapun di era modern, teknologi sudah sangat canggih sehingga otomatis kualitas hisabnya juga memiliki akurasi yang tinggi. Maka, ini yang perlu menjadi standar para perukyat di Indonesia.

Pada bagian yang paling ditunggu, yakni terkait kriteria untuk sore ini. Apakah di Indonesia sudah memenuhi atau belum. Ehsan juga menjelaskan bahwa untuk edisi Ramadhan kali ini, realita yang harus diterima adalah seluruh wilayah Indonesia hanya Aceh saja yang memenuhi. Artinya hasil rukyat sangat bergantung pada lokasi yang ada di Aceh. Bahkan tim rukyat dari Observatorium Boscha juga menuju ke Aceh guna melakukan rukyatul hilal.

Dikarenakan Aceh menjadi wilayah paling barat di Indonesia, maka kita akan menunggu cukup lama keputusan kapan 1 Ramadhan 1446 H-nya. Hal ini karena seluruh hasil rukyat akan dijadikan landasan sidang itsbat pemerintah. Dan hasil ini lah yang nanti berlaku untuk seluruh Indonesia.

Kriteria Hilal Masuk Tanggal 1

Setidaknya ada beberapa kriteria hilal yang digunakan dalam penentuan awal bulan hijriyah. Ada teori wujudul hilal, KHGT (Kalender Hijriyah Global Tunggal), MABIMS lama, MABIMS baru, IRNU, QRNU, dan lainnya.

Dalam hal ini yang dipedomani pemerintah adalah kriteria MABIMS baru yang menyatakan bahwa batas imkan rukyat untuk hilal adalah tinggi minimal 3 derajat dan elongasi bulan hakiki minimal 6,4 derajat.

Secara data yang dirilis oleh LF PBNU, untuk edisi Ramadhan ini hanya wilayah Aceh yang sudah memenuhi kriteria pemerintah, yaitu tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi bulan hakiki minimal 6,4 derajat. Untuk wilayah Aceh, tinggi hilal sudah di angka 4 derajat lebih dan elongasi 6,4 derajat, sehingga menjadi wilayah yang berpotensi melihat hilal.

Oleh karena itu, jika malam ini Aceh bisa melihat hilal, maka besok Sabtu 1 Maret 2025 kita secara serentak berpuasa. Tapi jika tidak melihat, maka berpotensi ada perbedaan di antara umat Islam di Indonesia, yakni PP Muhammadiyah akan berpuasa pada Sabtu, 1 Maret 2025 sedangkan pemerintah mulai berpuasa pada Minggu, 2 Maret 2025.

Adapun untuk 1 Syawal 1446 H, secara teori posisi hilal ada di bawah ufuk sehingga umat muslim di Indonesia juga berpotensi akan berlebaran secara bersamaan.

Comments0

Mari bangun diskusi bersama.

Type above and press Enter to search.