Satu capaian membanggakan berhasil diraih oleh Padepokan Albiruni yang dinahkodai oleh Ehsan Hidayat. Padepokan Albiruni sendiri merupakan sebuah lembaga kajian dan pengembangan instrumen astronomi klasik yang sekarang berdomisili di desa Sidomulyo RT 008/RW 002, kecamatan Kesesi, kabupaten Pekalongan.
Karya inovasi unggulannya berhasil memikat akademisi dari Jerman bernama Dr. Susanne M. Hoffmann yang sedang berkunjung ke Semarang guna menjalankan beberapa agenda pendidikan. Beliau merupakan astronomer (sebutan ahli astronomi) dari Berlin Jerman. Ia juga menjadi salah satu anggota International Astronomical Union (IAU) yang fokus pada pengelompokan nama bintang, pengembangan aplikasi constelasi bintang untuk planetarium dan banyak lagi.
“ Ini adalah prestasi pertama yang berhasil saya raih. Karya inovasi unggulan yang dimaksud adalah instrumen astronomi gerhana yang diberi nama Volvelle Inovasi Basic dan Volvelle Philippe Development”. Jelas Ehsan selaku ketua Padepokan Albiruni.
Ehsan menjelaskan bahwa awal mula karya ini dibuat karena untuk memenuhi tugas akhir sebagai mahasiswa Ilmu Falak S2 di UIN Walisongo Semarang. Ia lulus pascasarjana pada tahun 2019 dan kemudian melanjutkan karirnya di Pekalongan.
Di Indonesia sendiri belum ada alat yang menjelaskan tentang materi gerhana. Padahal pada bidang ilmu astronomi dan ilmu falak, alat ini sangat penting keberadaannya. Bahkan sejak 2007 – 2019 di UIN Walisongo Semarang, belum pernah ada yang bisa membuatnya. Barulah Ehsan menemukan ini pada tahun 2019 dengan terlebih dahulu mempelajari instrumen gerhana dari Perancis yang dibuat pada awal abad ke-18. Akan tetapi, instrumen tersebut sudah hangus periode penggunaannya pada tahun 1854.
Ini adalah karya inovasi yang dibuat untuk penelitian akhir studi di UIN Walisongo Semarang. Dan inovasi ini menjadi karya gerhana pertama yang ada di Indonesia, bahkan termasuk salah satu yang masih eksis di dunia. Karya ini juga masih bisa digunakan hingga tahun 2100 M.
Ehsan menuturkan bahwa pada akhir tahun 2024, ada tamu akademisi dari Jerman yang mengunjungi kampus UIN Walisongo Semarang. Di sana beliau menjalankan beberapa agenda salah satunya adalah menjadi narasumber seminar internasional tentang astronomi. Ternyata pada momen beliau mengunjungi lab yang ada di kampus tersebut, beliau tertarik pada instrumen yang dibuat olehnya dan memberitahu pada salah satu penerjemah untuk menanyakannya. Akhirnya Dr. Susanne menghubunginya dan terjadilah transaksi tersebut.
Ternyata beliau melihat keistimewaan dari alat tersebut dan mungkin karena tidak dijumpai di negaranya maupun negara maju lainnya. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya bahwa karyanya bisa diminati oleh ilmuan dari negara maju.
Comments0
Mari bangun diskusi bersama.