The Golden Age of Islam atau zaman keemasan Islam menjadi zaman di mana ilmu pengetahuan dari tokoh-tokoh muslim sangat diterima dan berkembang pesat. Pada zaman ini ilmu pengetahuan yang diutarakan baik dari penyair, filsuf, pedagang dan ilmuwan muslim dari seluruh dunia menjadi penyatu dari berbagai budaya dan ras yang berbeda. Dalam hal ini, The Golden Age of Islam menjadi pelopor persatuan dengan asas keilmuan. Periode The Golden Age of Islam yang dimulai dari abad ke-7 hingga abad ke-13 sendiri memberikan pondasi kokoh terhadap ilmu pengetahuan modern, tidak terkecuali pada Astronomi. Dan salah satu tokoh yang patut ditauladani adalah Ibn Syatir.
Salah satu pemikir astronomi terkenal Muslim yang tidak banyak diketahui, bahkan oleh umat muslim sendiri adalah Ibn Syatir. Dirinya menjadi seorang ilmuwan, pemikir, dan pendedikasi terhadap ilmu pengetahun, terkhusus pada bidang astronomi. Salah satu teori yang cukup terkenal dari Ibn Syatir adalah tentang teori Heliosentris. Teori tersebut cukup terkenal dan bahkan menjadi teori bantahan atau verifikasi terhadap teori sebelumnya. Teori heliosentris menjadi teori yang menjelaskan tentang sistem pergerakan benda-benda langit.
Riwayat Hidup Ibn Syatir
Ibn Syatir memiliki nama asli ‘Alā’ ad-Dīn Abu al-Hasan ‘Ali Ibn Ibrahīm Ibn Muḥammad al-Anṣārī ad-Dimasyqī yang lahir di Damaskus. Dirinya lahir di bulan Maret 1308 Hijriah, tetapi di beberapa literatur lain menyebutkan bahwa Ibn Syatir lahir pada tahun 1305 atau dalam Dictionary of Scientific menyebutkan lahir pada 15 Sya’ban 705 H.Ibn Syatir kecil mendapatkan bimbingan dari kakeknya semenjak umur enam tahun akibat ayahnya meninggal. Ibn Syatir memiliki pengalaman sebagai seorang ketua muadzin di Masjid Jami’ al-Umawi di Damaskus sekaligus menjadi seorang pengatur jam (muwaqqit) untuk melaksanakan shalat. Pada umur sepuluh tahun, Ibn Syatir mulai pergi jauh untuk mempelajari astronomi, yaitu di Kairo dan Alexandria. Di dua kota tersebut lah Ibn Syatir mendapatkan pengetahuan luas tentang astronomi hingga dikenal sebagai seorang astronom dan ahli matematika juga insinyur.
Hasil Pemikiran Ibn Syatir
Ibn Syatir terkenal karena gagasan jeniusnya tentang sistem pergerakan benda langit. Dirinya mengkritisi tentang teori-teori pergerakan benda langit, yang saat itu terdapat dua teori terlebih dahulu tentang sistem pergerakan benda langit, yaitu teori geosentris dan geosentris. Teori geosentris sendiri dicetuskan oleh seorang filsuf Yunani, yaitu Claudius Ptolomeus yang menyebutkan bahwa semua objek yang ada di dalam tata surya mengelilingi bumi sebagai pusatnya. Teori geosentris sempat digunakan hingga 1400 tahun lamanya karena tidak adanya teori baru tentang sistem pergerakan benda langit.Hingga Ibn Syatir mencoba merombak dan menguji secara menyeluruh dari teori geosentris Ptolomeus. Ibn Syatir menyebutkan bahwa jika hendak mengamati planet-planet luar (Mars, Jupiter, dan Saturnus) Bumi tidak dapat lagi menjadi pusatnya. Hal tersebut dikarenakan ketika hendak mengamati planet-planet luar, maka planet-planet dalam (Venus dan Merkurius) tidak akan teramati jika pengamatan dilakukan dari bumi.
Ibn Syatir akhirnya dapat menyelesaikan permasalahan yang sulit terjawab perihal pergerakan benda langit untuk Merkurius dan Bumi. Maka dari itu, Ibn Syatiri menemukan ada kekeliruan dari teori geosentris gagasan Ptolomeus. Dalam teori geosentris Ptolomeus terdapat istliah deferent (epicycle) dan equant. Di mana Ibn Syatir hanya menekankan pengamatan equant yang mengasumsikannya sebagai pusat orbitnya, bukan Bumi. Dari konsep inilah akan berkembang hipotesa awal Ibn Syatir terkait dengan benda-benda langit yang bukan mengelilingi Bumi, melainkan titik equant yang kemudian tergantikan oleh matahari nantinya.
Sejarah yang Tertutupi
Model Ibn Syatir kemudian direproduksi oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543 M) satu setengah abad setelahnya. Di mana dirinya mereformasi pemikiran dari astronomi tradisi ilmiah Barat. Dampaknya dirinya dikenal sebagai “Bapak Heliosentris” dikarenakan dianggap ilmuwan pertama penemu teori Heliosentris. Padahal konsep terkait matahari sebagai titik pusat pergerakan benda-benda langit sudah ditemukan terlebih dahulu oleh Ibn Syatir. Di mana hal tersebut juga ditegaskan oleh Profesor Matematika dari Universitas Amerika di Beirut, Edward S. Kennedey yang mengatakan ide Copernicus dalam bukunya yang berjudul De Revolutionibus memiliki kesamaan dengan buku ilmuwan muslim Arab, yaitu Ibn Syatir (1304-1375) seratus tahun sebelumnya.Dalam hal ini terjadi penutupan sejarah oleh para akademisi Barat karena telah mengabaikan pemikiran Ibn Syatir dengan menyematkan gelar “Bapak Heliosentris” secara mutlak kepada Nicolaus Copernicus tanpa melihat jasa Ibn Syatir sebagai penemu konsep awal teori Heliosentrisnya. Hal ini yang sangat disayangkan bahwa jasa-jasa ilmuwan muslim coba ditutupi atau bahkan sampai diakui sebagai pemikir Eropa.
Selain menemukan konsep Heliosentris, Ibn Syatir juga berhasil membuat alat bantu dalam astronomi, seperti halnya Astrolabe yang digunakannya untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit. Kemudian, ada Sundial atau jam matahari yang dicap sebagai jam tertua dalam peradaban manusia, di mana Ibn Syatir membagi waktu menjadi 12 jam dalam sehari dengan musim dingin waktu pendek dan musim panas waktu lebih panjang. Sundial ini menjadi polar-Axis sundial tertua yang masih dikenal hingga saat ini. Selain itu, beberapa risalahnya yang terkenal adalah Ta’liq al-Arsyad atau Commentson Observations, Nihāyat al-Sūl Fi Tashih al-Uṣūl atau A Final Inquiry Concerning the Rectification of Planetary Theory yang membahas tentang model planetary barunya dan beberapa risalah lainnya.
Contributor : Rizki Gojali (Mahasiswa Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang
Comments0
Mari bangun diskusi bersama.