Mengenal Model Epoch Baru
Volvelle Inovasi menerapkan desain epoch yang menarik, yakni berbentuk sayap dengan beberapa komponen data. Komponen yang ada di antaranya ; tahun, k (lunasi), nilai F, tanggal jam dan menit, kode hari dan pasaran (HP). Data-data ini digunakan untuk proses penggunaan instrumen. Tabel epoch ini dipasang pada piringan atas instrumen volvelle yang juga memuat lubang-lubang untuk tanda new moon dan full moon. Penerapan dari komponen data epoch adalah :
- Data tahun : yang diambil adalah tahun pendek pertama yaitu 1901 dan digunakan untuk 4 tahun.
- Nilai k atau lunasi : digunakan sebagai kode untuk mengetahui nilai F dan bulan hijriyah.
- Nilai F : adalah nilai argument of moon's latitude yang menjadi informasi awal ada tidaknya gerhana Matahari atau gerhana Bulan.
- Tanggal, jam dan menit : digunakan sebagai korelasi antara nilai F dan kalender yang menjadi star memprediksi adanya gerhana di suatu tahun.
- HP : adalah kode hari dan pasaran tiap awal tahun yang bisa digunakan sebagai penanggalan. Dimulai dari 1 Januari 2001 dengan hari Senin dan pasaran Pahing. Contoh mengambil data 2021, maka diperoleh data nilai k (260), nilai F (215,0414402), Tgl (13 Januari), Jam (13), Menit (13), Kode HP (51) yakni Jum’at Pahing. Contoh II mengambil data tahun 2027, maka diperoleh data nilai k (334), nilai F (324,658), Tgl (7 Januari), Jam (19), Menit (32), Kode HP (52) yakni Jum’at Pon.
2. Piringan Bulan (F)
Piringan F (Argumen Lintang Bulan) pada Volvelle Inovasi |
Piringan F merupakan nilai dari argumen lintang bulan (argument of moon’s latitude). Penulis memanfaatkan dan mengembangkan nilai F sebagai pengganti konsep plotting data yang digunakan Philippe. Artinya argument of moon's latitude (F) yang digunakan sebagai informasi awal ada tidaknya gerhana Matahari dan Bulan dikombinasikan dengan persamaan aritmatika. Jean Meeus sudah memberi kunci bahwa nilai F di setiap lunasi akan bertambah secara konstan sebesar 30,67050 derajat. Ini artinya ada pola yang terbentuk jika tiap lunasi dibariskan setiap tahun (12 lunasi/13 lunasi) sebagaimana data di samping :
Tabel 1 : Data F selama 13 lunasi (new moon) volvelle |
Nilai F pada tabel A masih belum diproses untuk menentukan adanya gerhana. Maka untuk mengetahui nilai F mana yang memenuhi batas gerhana, harus diselisihkan antara nilai argument lintang bulan di atas dengan 180 derajat atau kelipatannya. Data selisih yang dihasilkan nantinya sudah bisa dijadikan parameter untuk mengetahui adanya gerhana. Berikut tiga jalur perhitungan untuk mengetahui nilai F mana yang diambil :
Tabel 2: Hasil nilai F setelah pengurangan dengan 180 dan kelipatannya |
Dari pola sebelumnya, kemungkinan gerhana terjadi sebanyak 5 kali yaitu di nilai k ke-0, 1, 6, 7, dan 12 (dalam skala 13 new moon). Pola teratur nilai F ini memberi ruang positif untuk aritmatika dalam transformasi rumus awal menghitung nilai F kepada rumus baru yang lebih sederhana. Melalui persamaan (4) rumus baru nilai F adalah :
Un = 160,71080 + ( n – 1 ) 30,6705
= 160,71080 + 30,67050n – 30,67050
= 130,04030 + n.30,67050 (4)
Dengan a adalah suku pertama yaitu 160,71080, b (beda) adalah 30,6705 dan n adalah nilai F kesekian yang akan dihitung. Perlu diingat bahwa n disini disimbolkan sebagai nilai k yang dalam perhitungan gerhana adalah representative dari new moon, dan nilai k new moon tersebut adalah 0 sebagai patokan awal. Jadi, rumus baru untuk menghitung nilai argument lintang bulan (F) adalah :
Fk =130,04030+(k+1)x30,67050 (5)
Fk = a + (k+1) b.
Penerapan rumus baru ini bisa digunakan untuk mengetahui satu persatu nilai F pada tabel [1] di atas. Dengan demikian, kita mendapatkan relasi antara nilai argument lintang bulan (F) dengan teori persamaan aritmatika, yakni dengan penemuan rumus baru versi aritmatika.
Comments0
Mari bangun diskusi bersama.