TSrlGUd7TSM5GSCoGfriTpCoBA==

Tema-Tema Riset Instrumen Astronomi Klasik Volume 1

tema riset instrumen astronomi klasik

Tema riset merupakan salah satu rubrik yang ada di website Padepokan Albiruni. Rubrik ini bertujuan untuk menampung judul-judul yang nantinya bisa digunakan secara luas oleh para pembaca maupun Padepokan Albiruni itu sendiri.

Padepokan Albiruni sangat berharap rubrik ini nantinya akan melahirkan hasil penelitian yang dikembangkan lebih lanjut oleh para pembaca. Terutama penelitian yang menghasilkan sebuah karya.

Namun demikian, tema yang diulas pada rubrik ini merupakan hasil analisis dasar. Artinya, penulis belum mengetahui apakah tema-tema tersebut didukung oleh sumber yang lengkap. Sehingga pembaca perlu memastikan apakah tema yang ada, nantinya bisa digunakan atau tidak. Begitu juga lebih diarahkan pada instrumen astronomi klasik, namun tetap memasukkan tema seputar lainnya. 

Masuk pada tema-tema riset bagian pertama. Penulis rangkum dari artikel berjudul “Perkembangan Ilmu Falak pada Peradaban Pra Islam”. Berikut ulasan tema yang mungkin bisa dikaji lebih lanjut :

1. Penentuan Waktu Terjadinya Gerhana Matahari dan Bulan Berdasarkan Posisi Suatu Bintang


Dari tema di atas, setidaknya ada pertanyaan yang cukup menarik. Bintang apakah yang bisa digunakan sebagai parameter untuk mengetahui adanya peristiwa gerhana matahari dan bulan.

Pada umumnya, penentuan adanya gerhana matahari dan bulan berasal dari kombinasi gerak dari benda langit tersebut. Sebut saja siklus saros yang bisa digunakan untuk memprediksi adanya gerhana. Lalu jika ada bintang yang bisa dijadikan rujukan, bagaimana metodenya?

2. Analisis Posisi Bintang Sirius dalam Penentuan Waktu Banjir di Sungai Nil


Posisi bintang kadang bisa dijadikan tanda untuk waktu-waktu manusia di bumi. Salah satunya masuknya waktu banjir. Di indonesia kita juga sering mendengar hubungan bintang dengan pertanian.

Bintang Sirius ternyata menjadi salah satu bintang rujukan dalam beberapa fenomena dan salah satunya adalah penanda waktu banjir. Pertanyaannya adalah apakah berlaku di sungai Nil saja? Atau juga berpengaruh pada sungai-sungai lainnya di berbagai dunia?. Tentu menarik untuk mengungkap kebenarannya.

3. Studi Mizwalah dari Bangsa Mesir Kuno Tahun 1500 SM


Mizwalah merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menentukan arah kiblat dan waktu shalat di Indonesia. Bentuknya cukup sederhana, yakni bidang dial berbentuk lingkaran serta ada gnomon atau tongkat di poros tengahnya. Pada umumnya, penggunaannya terikat dengan posisi matahari.

Tapi, apakah Mizwalah dari bangsa Mesir kuno di atas memiliki fungsi yang sama, yakni untuk keperluan waktu ibadah? Kemudian bentuknya apakah mirip seperti yang ada sekarang?. Tentunya cukup menarik untuk mengetahui secara utuh konsep Mizwalah dari bangsa Mesir tersebut.

4. Metode Thales dalam Penentuan Gerhana pada 28 Mei 583 SM


Thales merupakan salah satu ilmuan yang sudah dikenal di dunia pendidikan. Di samping ahli astronomi, ia juga dikenal ahli dalam bidang filsafat.

Salah satu yang perlu diketahui lebih lanjut adalah metodenya dalam memprediksi gerhana yang terjadi pada 28 Mei 583 SM. Teori apa yang digunakan oleh Thales? Apakah ia telah menemukan rumus atau tanda-tanda alam sebagaimana tema riset pada nomor 1?.

5. Paradigma Masyarakat Tentang Peristiwa Gerhana


Gerhana menjadi peristiwa langka yang cukup menarik perhatian masyarakat di berbagai tempat. Terlebih ketika perkembangan tentang ilmu eksak belum selengkap sekarang. Adanya mitos tentang gerhana kiranya menjadi bukti rasa penasaran setiap manusia. Bahkan ada yang mengklaim kebenarannya.

Seperti masyarakat Jawa, ada instruksi untuk bersembunyi di bawah kolong kasur bagi ibu hamil. Di China ada istilah matahari dimakan naga, dan masih banyak lainnya.

Kita bisa memaklumi tatkala ilmu pengetahuan belum berkembang. Tapi jika pada masa Aristoteles (384 – 322 SM) dikatakan bahwa gerhana sudah tidak dikenal dalam bentuk mitos, maka bagaimana paradigma masyarakat tentang gerhana pada masa sebelum dan sesudah doktrin Aristoteles?. Tema ini sedikit akan mengarah pada kajian sosial.

6. Studi Penentuan Gerhana Bangsa Cina pada Masa Konfusisus (V SM)


Lagi-lagi China. Apakah benar China sejatinya menjadi negara yang sudah maju peradabannya meski pada periode sebelum masehi?. Penulis pernah membaca bahwa memang banyak kerajaan yang ada di sejarah China. Kerajaan tersebut juga bukan kerajaan-kerajaan kecil, melainkan skala besar yang sepertinya juga telah mapan dalam beberapa hal.

Gerhana juga sangat berpengaruh dengan eksistensi raja saat itu. Maka, cukup wajar jika bangsa China diklaim bisa menentukan adanya peristiwa gerhana.


7. Studi Zij Syah (Zij Syahryan) Sebagai Embrio Berkembangnya Ilmu Falak/Astronomi di Persia


Kalau anda tahu bahwa kalender Persia telah ada sebelum kalender Islam, maka wajar jika Persia juga merupakan peradaban yang cukup maju. Ilmu astronomi Islam yang ada saat ini juga memiliki garis pertemuan dengan apa yang sudah ada di peradaban Persia.

Tapi siapakah Syahryan ini? dan bagaimana bisa menjadi bagian penting dalam berkembangnya ilmu astronomi di Persia? Perlu dikaji lebih mendalam.

8. Analisis Model Visualisasi dan Estimasi Waktu Gerhana dalam Kitab Pancha-Siddhantika


Penulis pernah meneliti tentang visualisasi gerhana di masa-masa pra sejarah. Salah satunya adalah gerhana tahun 3340 SM yang diketahui melalui pahatan batu. Ada bentuk visualisasi yang mengarah pada fenomena alam gerhana.

Maka tidak heran jika pada kitab Pancha-Siddhantika ada model visualisasi gerhana. Tapi, penulis belum sempat untuk mengkajinya lebih jauh.

Baca artikel ini : Peradaban Gerhana 1 (Melacak Gerhana Tahun 3340 SM)

9. Telisik Pemikiran Brahmagupta 598-668 M dalam Mengembangakan Observatorium di Ujjain, India


Mempelajari pemikiran merupakan upaya untuk mengetahui cara berpikir seseorang dalam mengelola kehidupannya. Apalagi jika dikaitkan dengan pembangunan manusia.

India adalah negara besar. Sama seperti Indonesia. Tapi bagaimana kondisi astronominya, penulis kira masih maju India. Oleh karena itu, perlu dibedah bagaimana Brahmagupta mengelola Observatorium di Ujjain. Mungkin bisa dikembangkan oleh Indonesia atau cukup dijadikan wawasan saja.

Mirip dengan manajemen ala Ulugh Beg yang mengelola Observatorium Samarkand hingga menjadi rujukan dunia saat itu.

Inilah 9 tema riset yang mungkin perlu digali lebih dalam. Semoga bermanfaat.

Comments0

Mari bangun diskusi bersama.

Type above and press Enter to search.