TSrlGUd7TSM5GSCoGfriTpCoBA==

OIF UMSU dan Padepokan Albiruni Adakan Q&A Seputar Instrumen Astronomi Klasik


Selasa, 20 Agustus 2024 lalu, Ketua Padepokan Albiruni berkesempatan untuk mengisi acara Q&A Astronomi seputar instrumen-instrumen astronomi klasik. Kegiatan ini diinisiasi oleh OIF UMSU. Apa sih OIF UMSU itu?

OIF UMSU merupakan kepanjangan dari Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Bergerak dalam bidang ilmu falak dan menjadi salah satu yang diunggulkan di kampus tersebut.

Sebelumnya memang ada komunikasi via Wa dari salah satu tim OIF UMSU untuk mengajak menjadi narasumber pada program Q&A-nya. Program ini bisa dikatakan seperti tanya jawab seputar tema yang ditetapkan oleh panitia. Kali itu, tema yang diambil adalah seputar instrumen-instrumen dalam ilmu falak. Kegiatan Q&A ini dilaksanakan pada pukul 14:00 – 15:00 WIB.

VISI YANG HAMPIR SAMA


Setelah meninjau sekilas visi OIF, Padepokan Albiruni akhirnya bersedia untuk berbincang bersama melalui platform Live Instagram. Ada banyak kesamaan di antara keduanya, yakni sama-sama memiliki perhatian lebih pada instrumen-instrumen falak klasik. Hal ini karena untuk memberi pemahaman yang komprehensif terhadap ilmu falak itu sendiri.

Mas Putraga selaku narasumber dari OIF pun membenarkan bahwa instrumen-instrumen falak klasik masih sangat penting untuk dikenalkan kepada para pelajar atau pemerhati. Karena dari instrumen klasik itu pula, kita bisa melihat instrumen falak modern yang kini sudah semakin banyak.

Adapun Ehsan Hidayat selaku narasumber kedua juga mengatakan bahwa jangka panjang Padepokan Albiruni tidak jauh berbeda dengan OIF UMSU, yakni memiliki sebuah tempat edukasi dan inovasi dalam bidang ilmu falak, terutama bidang instrumen-instrumen falak klasik.

“Ke depan, kami ingin memiliki sebuah tempat yang representatif sebagai sarana edukasi terkait instrumen falak klasik.” Kata Ehsan Hidayat.

MELIHAT BEBERAPA PERTANYAAN PESERTA


Sebelum acara dimulai, para peserta sudah diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan yang nantinya akan dijawab pada pelaksanaan live. Berikut beberapa pertanyaan menarik beserta jawaban kunci dari para pemateri.

  • Apa yang dimaksud 2,5 juta tahun cahaya dari bumi digunakan untuk mengetahui jarak benda langit?
Jawaban kunci :
Satuan panjang untuk mengukur benda langit.
Satu tahun cahaya adalah kurang lebih 9,46 triliun kilometer.

Bagian ini lebih banyak dijelaskan oleh mas Putraga selaku narasumber dari OIF UMSU.

  • Apa urgensi instrumen falak bagi kemajuan ilmu falak?
Jawaban kunci :
Like body without eyes, Royal capital minus the King
Lakes devoid of Lotus Flower, A Young woman without A Lover
The Night without the moon, A river bereft of Cakravaka birds
even so astronomical science is fruitless without instruments

Ramacandra Vajapeyin

Ehsan Hidayat (Padepokan Albiruni) terlebih dulu menyampaikan analogi di atas. Kemudian, ia menganalogikan bagaimana seandainya malam tanpa pernah ada bulan, apakah menarik?

Begitu juga ilmu falak tanpa ada instrumen untuk praktik, apakah tidak jenuh hanya belajar teori?

Begitu juga jika ingin melihat benda langit yang paling jauh tapi tanpa bantuan instrumen teropong, apakah bisa?

Maka sejatinya peran instrumen baik klasik maupun modern itu berbanding lurus dengan kemajuan ilmu itu sendiri.

  • Apa saja instrumen klasik yang dikatakan relatif seimbang fungsinya dengan instrumen modern saat ini?
Jawaban kunci :
Secara akurasi tidak ada : tapi cukup untuk digunakan, contoh. Mizwala untuk pengukuran arah kiblat, Sundial untuk jam sehari-hari, Volvelle untuk mengetahui kapan gerhana terjadi lagi.

Secara fungsi : Volvelle inovasi untuk gerhana, cukup dua gerak ketemu satu tahun. Dalam hal kecepatan, cukup seimbang dengan perhitungan digital yang harus input beberapa terlebih dahulu.

  • Padepokan Albiruni, apakah ada alat-alat klasik yang sudah dirancang namun belum kesampaian untuk dikonstruksikan? Jika ada, boleh perkenalkan min?
Ada, di antaranya ;
Upgrade Volvelle Inovasi Koreksi,
Volvelle Inovasi Mecca 2027
Volvelle Inovasi TOE
Volvelle Inovasi Local Area
Gabungan kalender, jam, dan arah kiblat,

  • Apa saja instrumen di OIF UMSU yang paling menarik untuk diperkenalkan menurut narasumber?
Menurut Putraga (Tim OIF), salah satu yang menarik perhatian dan sering digunakan adalah kamera obscura.

  • Bagaimana mas Ehsan concern di bidang instrumen klasik?
Jawaban kunci :
Bentuk perhatian terhadap warisan ilmuan muslim yang tercecer dan terlupakan.
Bentuk melestarikan dan mengenalkan kembali.
Bentuk bahan untuk membuat iklim ilmuan muncul kembali
Khidmah keilmuan
Melengkapi sisi ilmu falak yang hilang tapi sangat penting untuk edukasi generasi ke depan
Untuk arsip peradaban

  • Di zaman yang sudah canggih, apa instrumen klasik masih relevan untuk kajian pengukuran?
Masih karena lebih terjangkau dan lebih efisien. Contoh menggunakan Istiwa’aini untuk pengukuran arah kiblat.

  • Bagaimana perbandingan jumlah instrumen klasik dengan instrumen modern, manakah yang lebih banyak dan bagaimana kategorisasinya?
Instrumen modern bisa dikatakan lebih banyak dan kategorinya juga lebih kompleks.

Adapun beberapa instrumen falak klasik contohnya ; Alidade, armillary sphere, astrarium, astrolabe, astronomical clock, antiktera, celestial sphere, dioptra, equatorium, gnomon, meridial circle, mural instrument, nocturnal, octant, orrey, quadrant, sextant, sundial, triquetrum.

  • Instrumen apa yang paling awal dalam dunia astronomi dan instrumen mana pula yang paling mutakhir?
Jawaban kunci :
Paling awal : gnomon, monumen, astrolabe
Paling mutakhir (kategori teleskop ruang angkasa): JWST “James Webb Space Telescope”

  • Padepokan Albiruni bergerak dalam bidang apa? Apakah sama dengan pergerakan OIF UMSU?
Jawaban kunci :
Bidang kajian dan pengembangan instrumen astronomi klasik. Secara jangka panjang sama dengan apa yang dikerjakan oleh OIF UMSU, yakni mengelola pendidikan astronomi berbasis praktik dan pengenalan karya di observatorium dan planetarium.

Itulah sekilas pertanyaan yang dilontarkan para peserta. Pastinya ada penjelasan yang tidak mungkin disampaikan pada forum terbatas tersebut. Namun, ada hal menarik bahwa pemerhati instrumen falak klasik masih terbilang sangat sedikit. Hal ini karena anggapan zaman yang sudah modern dan harus serba digital.

Comments0

Mari bangun diskusi bersama.

Type above and press Enter to search.