Foto E.S. Kennedy beserta karya bidang ilmu astronomi islam. Salah satunya adalah The Melon-Shaped Astrolabe in Arabic Astronomy |
Bagi kalangan akademik terutama dalam ilmu astronomi ataupun ilmu falak pasti tidak asing dengan cendekiawan bernama E.S Kennedy. Dia adalah seorang ilmuan yang expert dalam bidang tersebut. Meskipun ia bukan seorang muslim, namun tidak salah jika kita menggali pemikiran cemerlangnya. Kali ini penulis sodorkan sekilas perjalanan seorang E.S Kennedy dari paper yang diupload David A King ( Profesor History of Islamic Science di Frankfurt an Main Jerman).
E. S. Kennedy adalah nama tokoh astronomi yang selama ini sudah dikenal baik oleh sarjanawan astronomi maupun falak. Lalu apa kepanjangan dari E dan S tersebut?. Secara lengakap nama beliau memang Edward Stewart Kennedy sehingga wajar kalau singakatannya E.S. Dia juga memiliki dua nama panggilan, yaitu Ted (untuk teman dekatnya) dan Kindi (untuk rekan dekat kampusnya). Dalam ilmu nahwu nama tersebut dikenal dengan Laqob.
Kennedy lahir pada 3 Januari 1912 Masehi di Meksiko. Meksiko adalah negara di benua Amerika bagian utara dan terkenal dengan universitas tertuanya yaitu National Autonomus University of Mexico yang dulunya bernama Royal and Pontificial University of New Spain yang berdiri tahun 1553 (Harvard saja baru dibangun pada 1636 M). Siapa sangka Kennedy mendapat julukan the world’s leading scholar in history of islamic astronomy and mathematic pada paruh kedua abad ke-20. Padahal dia bukanlah seorang muslim, namun ilmu warisan islam justru beliau kuasai dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari karyanya yang beragam. Beberapa di antaranya adalah A Survey of Islamic Astronomical Tables, The Melon-Shaped Astrolabe in Arabic Astronomy, The Astrological History of Masha’allah, Al-Kashi’s Geographical Tables : Transactions, dan banyak lainnya. Bahkan karya-karyanya ini menjadi inspirasi dan standar ilmiah bagi dunia akademik selama lebih dari setengah abad lamanya. Di samping itu ketenarannya, Kennedy memang juga memiliki convivial personality (pribadi yang ramah) dan keingintahuan yang tinggi.
Karya ini bisa dijadikan bahan penelitian. Seperti apakah Astrolabe Melon itu? |
Ketika Ted lahir, profesi ayahnya adalah seorang kontraktor bangungan dan ibunya adalah seorang biarawan. Dia memiliki 5 saudara. Pendidikannya dimulai dari sekolah di Easton PA, kemudian sampai di perguruan tinggi Lafayette. Dia mengambil jurusan teknik elektro dan lulus pada saat puncak depresinya.
Perguruan tinggi yang Ted diami ternyata memiliki MoU dengan kampus Alborz di Tehran (Ibu kota Iran) yang isi kerjasamanya adalah mendukung adanya satu guru bagi orang Amerika (atau lulusan Amerika). Alhasil dia melamar kesempatan tersebut dan dinyatakan diterima, sehingga mulailah ia mendapat tugas pertamanya di Timur Tengah. Empat tahun di Iran, Ted memulai untuk mengajar sejarah matematika dan juga menguasai bahasa Persia.
Ted masih merasa haus akan ilmu, akhirnya pada 1936 dia melanjutkan studi doktor bidang matematika di kampus Lehigh Bethlehem PA. Dia punya keinginan bahwa ketika sudah waktunya kembali ke Iran, maka harus sudah menjadi Ph.D (lulus studi doktoralnya). Namun keadaan politik tidak memungkinkan dan akhirnya pada tahun 1939 Ted lulus dan mulai mengajar matematika di University Alabama (kampus ini sekarang keren loh karena memiliki tim football Crimson Tide). Hal ini mengingat Amerika football itu olahraga favorit negara adidaya.
Siapa sangka seorang Ted yang sudah bergelar Doktor terjun ke dalam dunia militer. Iya, tahun 1941 dia mendaftar di militer Amerika. Tapi apa boleh buat, keputusan ini malah mengantarkan Ted ke tempat yang dulu ingin dikunjunginya yaitu Iran. Dia bertugas sebagai asisten militer di kedutaan besar Amerika di Tehran. Bagi Ted, Iran sudah menjadi negara favoritnya karena keramahan warganya, bahasa yang indah, syair-syair yang menyentuh hingga masakan yang lezat.
Jiwa ingin tahunya tidak berhenti sampai di doktor matematika. Setelah selesai terlibat peperangan (Perang Dunia II), Ted melanjutkan studinya di Harvard University dengan mengambil jurusan bahasa Arab. Siapa sangka sebuah pertemuan dengan Otto Neugebauer menjadi pembentuk karakter Ted untuk mulai fokus dalam dunia mengajar dan meneliti serta menghentikan jiwa kesarjanaannya (ingin kuliah lagi).
Tahun 1946,Ted bergabung dengan salah satu fakultas di American University of Beirut (AUB). Di samping mengajar matematika, Ted masih lanjut dalam mempelajari bahasa Arab. Tahun akademik 1949-1950 dihabiskan di Universitas Brown Providence RI dan di Institut for Advanced Study Princeton. Dua tempat ini juga menjadi lingkungan Otto melakukan penelitiannya. Ted kemudian menerima jabatan di AUB dengan ketentuan setiap empat tahun bisa bekerja bersama rekannya di Amerika.
Setelah pengembaraan ilmiah dan kemiliteran, Ted pun menikah dengan gadis pujaannya yaitu Mary-Helen Scanlon pada tahun 1951 ( ketika itu Ted berumur 39 tahun ). Fenomena ilmuan menikah pada umur yang tergolong tua adalah biasa, bahkan ada juga yang tidak sempat menikah (dalam istilah arab disebut Uzzab). Satu tahun mereka habiskan di Iran. Tahun berikutnya hingga 1956, Kennedy bertempat tinggal di Beirut, dengan Ted sehari-hari mengajar di AUB dan setiap empat tahun harus terbang ke Amerika.
Dari pernikahannya, Ted dikaruniai tiga anak ; Anna (lahir pada 1953), Michael (lahir pada 1954), dan Nora (lahir pada 1957). keluarga sudah terbentuk, akhirnya Ted berencana untuk menyusun momen pensiun dengan membeli rumah dan beberapa tanah di pegunungan Ainab dan menghadap ke pemandangan Beirut.
Secara nyata, Ted mulai menelurkan karyanya ketika masa pengabdian di Amerika. Dia mulai aktif melakukan riset independent dalam bidangnya yaitu matematika dan sejarah astronomi islam abad pertengahan. Alhasil publikasinya semakin banyak dan mengantarkan Ted menjadi orang yang paling berpengaruh dalam bidang tersebut. Ketertarikan dengan sosok Al-Kashi muncul ketika dulu berkecimpung di Iran. Al-Kashi sendiri merupakan ilmuan islam abad pertengahan dalam bidang astronomi.
Ted mulai melakukan survey atas beberapa buku astronomi yang memiliki zij / tabel-tabel astronomi dan ia lakukan dengan Otto Neugebauer pada tahun pertama. Jerih payah pencariannya berhasil manis yaitu dengan menemukan 125 karya yang ditampilkan pada tahun 1956. Satu yang menjadi temuan luar biasa adalah tentang model tata surya Ibnu Al-Shatir yang identik dengan konsep Kopernikus 150 tahun kemudian. Di sinilah kita bisa merenung kembali bahwa beberapa konsep astronomi yang kita kenal penemunya adalah barat, sejatinya ilmuan islam telah memulainya.
Perjalanan Karir
Perguruan tinggi yang Ted diami ternyata memiliki MoU dengan kampus Alborz di Tehran (Ibu kota Iran) yang isi kerjasamanya adalah mendukung adanya satu guru bagi orang Amerika (atau lulusan Amerika). Alhasil dia melamar kesempatan tersebut dan dinyatakan diterima, sehingga mulailah ia mendapat tugas pertamanya di Timur Tengah. Empat tahun di Iran, Ted memulai untuk mengajar sejarah matematika dan juga menguasai bahasa Persia.
Ted masih merasa haus akan ilmu, akhirnya pada 1936 dia melanjutkan studi doktor bidang matematika di kampus Lehigh Bethlehem PA. Dia punya keinginan bahwa ketika sudah waktunya kembali ke Iran, maka harus sudah menjadi Ph.D (lulus studi doktoralnya). Namun keadaan politik tidak memungkinkan dan akhirnya pada tahun 1939 Ted lulus dan mulai mengajar matematika di University Alabama (kampus ini sekarang keren loh karena memiliki tim football Crimson Tide). Hal ini mengingat Amerika football itu olahraga favorit negara adidaya.
Sudah Doktor, Tapi Justru Terjun di Dunia Militer
Siapa sangka seorang Ted yang sudah bergelar Doktor terjun ke dalam dunia militer. Iya, tahun 1941 dia mendaftar di militer Amerika. Tapi apa boleh buat, keputusan ini malah mengantarkan Ted ke tempat yang dulu ingin dikunjunginya yaitu Iran. Dia bertugas sebagai asisten militer di kedutaan besar Amerika di Tehran. Bagi Ted, Iran sudah menjadi negara favoritnya karena keramahan warganya, bahasa yang indah, syair-syair yang menyentuh hingga masakan yang lezat.
Jiwa ingin tahunya tidak berhenti sampai di doktor matematika. Setelah selesai terlibat peperangan (Perang Dunia II), Ted melanjutkan studinya di Harvard University dengan mengambil jurusan bahasa Arab. Siapa sangka sebuah pertemuan dengan Otto Neugebauer menjadi pembentuk karakter Ted untuk mulai fokus dalam dunia mengajar dan meneliti serta menghentikan jiwa kesarjanaannya (ingin kuliah lagi).
Mulai Fokus dalam Karya Ilmiah
Tahun 1946,Ted bergabung dengan salah satu fakultas di American University of Beirut (AUB). Di samping mengajar matematika, Ted masih lanjut dalam mempelajari bahasa Arab. Tahun akademik 1949-1950 dihabiskan di Universitas Brown Providence RI dan di Institut for Advanced Study Princeton. Dua tempat ini juga menjadi lingkungan Otto melakukan penelitiannya. Ted kemudian menerima jabatan di AUB dengan ketentuan setiap empat tahun bisa bekerja bersama rekannya di Amerika.
Kisah Asmara Seorang Kennedy
Setelah pengembaraan ilmiah dan kemiliteran, Ted pun menikah dengan gadis pujaannya yaitu Mary-Helen Scanlon pada tahun 1951 ( ketika itu Ted berumur 39 tahun ). Fenomena ilmuan menikah pada umur yang tergolong tua adalah biasa, bahkan ada juga yang tidak sempat menikah (dalam istilah arab disebut Uzzab). Satu tahun mereka habiskan di Iran. Tahun berikutnya hingga 1956, Kennedy bertempat tinggal di Beirut, dengan Ted sehari-hari mengajar di AUB dan setiap empat tahun harus terbang ke Amerika.
Dari pernikahannya, Ted dikaruniai tiga anak ; Anna (lahir pada 1953), Michael (lahir pada 1954), dan Nora (lahir pada 1957). keluarga sudah terbentuk, akhirnya Ted berencana untuk menyusun momen pensiun dengan membeli rumah dan beberapa tanah di pegunungan Ainab dan menghadap ke pemandangan Beirut.
Mulai Menelurkan Karya
Secara nyata, Ted mulai menelurkan karyanya ketika masa pengabdian di Amerika. Dia mulai aktif melakukan riset independent dalam bidangnya yaitu matematika dan sejarah astronomi islam abad pertengahan. Alhasil publikasinya semakin banyak dan mengantarkan Ted menjadi orang yang paling berpengaruh dalam bidang tersebut. Ketertarikan dengan sosok Al-Kashi muncul ketika dulu berkecimpung di Iran. Al-Kashi sendiri merupakan ilmuan islam abad pertengahan dalam bidang astronomi.
Ted mulai melakukan survey atas beberapa buku astronomi yang memiliki zij / tabel-tabel astronomi dan ia lakukan dengan Otto Neugebauer pada tahun pertama. Jerih payah pencariannya berhasil manis yaitu dengan menemukan 125 karya yang ditampilkan pada tahun 1956. Satu yang menjadi temuan luar biasa adalah tentang model tata surya Ibnu Al-Shatir yang identik dengan konsep Kopernikus 150 tahun kemudian. Di sinilah kita bisa merenung kembali bahwa beberapa konsep astronomi yang kita kenal penemunya adalah barat, sejatinya ilmuan islam telah memulainya.
Ted turut menulis karya astronomer muslim bernama Al-Kashi |
Di Beirut, Ted benar-benar diasyikan dengan dunia mengajar matematika, sains komputer, dan sejarahnya. Dari keasyikan tersebut juga menelurkan beberapa publikasi kolaboratif bersama mahasiswa serta hasil beberapa tesis yang dia bimbing. Kemahirannya dalam sains komputer menginisiasi untuk menganalisis tabel-tabel astronomi abad pertengahan dengan komputer. Alhasil sebanyak 1983 volume tentang studi eksak sains islam terkumpul kecuali beberapa buku yang sudah Ted publikasikan. Di samping kekaguman dengan Al-Kashi, Ted juga berhasil menjelajahi tempat yang dulu pernah didiami oleh the greatest muslim scientis yaitu Al-Biruni di Afganistan. Darinya, ia juga berhasil mempublikasikan beberapa karya astronomi dan geografi matematika.
Menginjak tahun 1976 di saat Ted berusia 64 tahun, dia mendapat kesempatan gratis untuk berpartisipasi pada proyek lembaga Smithsonian di Kairo tentang astronomi abad pertangahan dan pada tahun yang sama dia memulai membangun sebuah asosiasi dengan lembaga yang baru didirikan tentang sejarah sains arab di Universitas Aleppo. Tahun 1977, dia menerima mandat sebagai editor pada jurnal baru yang dibentuk di sana. Tentunya bersama sang istri dia menjalankan tugas tersebut.
Pada tahun 1979, Ted memutuskan untuk menetap di Ainab sambil mulai menikmati momen setelah pensiunnya dengan sesekali mengunjungi Aleppo. Di Ainab, Ted benar-benar bisa mencurahkan seluruh waktunya untuk penelitian, dengan sesekali istirahat untuk memecah kayu, memetik anggur dan berlatih tanduk Perancis. Sayangnya pada tahun 1982, Ainab dan daerah sekitarnya dibombardir oleh Israel dan tentara bonekanya sehingga memaksa Ted harus pindah ke Beirut. Tidak cukup disitu, pada bulan Mei 1984 juga terjadi kekejaman (pembunuhan) hingga Ted benar-benar harus meninggalkan tempat tersebut.
Kemudian Ted menemukan tempat singgah sementara di lembaga baru tentang sejarah arab dan sains islam di Frankfurt Jerman. Ted senang dan mulai kembali untuk mengeluarkan kertas (berkarya), mengumpulkan rekan, mahasiswa dan bermain tanduk Perancis dengan kelompok kecil temannya. Tahun 1988, Ted pindah lagi ke Princeton dan tahun 1999 ke Doylestown PA, sampai tutup usia di sana pada 4 Mei 2009 di usia 97 tahun.
Dari perjalanan hidup seorang Ted, setidaknya ada beberapa yang bisa diambil sebagai motivasi diri dalam pengembaraan ilmu, yaitu :
1. Tanamkan dalam-dalam niat untuk menjelajah sebuah ilmu. Karena ilmu ini sangat banyak dan luas, sehingga tidak bisa kalau hanya sekedar dengan niat biasa. Ketokohan Ted menjadi bukti bahwa ia memiliki perjalanan yang berat, dari daerah yang terkena konflik hingga menyusup dalam bidang militer. Ingatkah dengan istilah “Nahkoda hebat tidak dilahirkan tanpa gelombang yang besar”?.
2. Mencatat segala ilmu yang diperoleh. Seorang ilmuan akan terkenal dan semakin terkenal jika memiliki karya tulis, apalagi dalam jumlah yang banyak. Ted menjadi bukti bahwa puluhan karya yang dipublikasikan menjadi standar ilmiah bagi akademik kala itu. Publikasi tersebut tidak akan ada tanpa adanya ghiroh menulis yang kuat. Latihlah jiwa menulis dari hal-hal kecil dari kehidupan sehari-hari ataupun tulislah dengan jumlah sedikit. Karena tidak ada gunung kalau tidak ada pegunungan. Publis tulisan tersebut dalam website pribadi (blog) ataupun langsung ke media massa. I think and believe you can do it.
3. Unity of Science. Ilmu memiliki rantai yang sangat banyak, maka berambisilah untuk menjelajah ke berbagai cabang keilmuan. Terutama bahasa (sebagaimana Ted praktikan), karena bahasa menjadi satu kunci masuk ke dalam ruangan ilmu yang lebih banyak.
4. Fokus dalam rel keilmuan. Seandainya Otto tidak bertemu dengan Ted, mungkin jiwa sekolahnya masih berjalan hingga ke berbagai cabang keilmuan. Alhasil pertemuan itu menjadi titik awal untuk menelurkan beragam karya ilmiah.
5. Indonesia memerlukan sosok seperti Ted. Dan semoga itu kalian yang sedang membaca. Amin...
Semoga ringkasan ini bermanfaat. Salam. Tulisan ini hasil ringkasan dari paper David A King dengan judul “Edward Stewart Kennedy (1912-2009)”.
Comments0
Mari bangun diskusi bersama.