TSrlGUd7TSM5GSCoGfriTpCoBA==

Digitalisasi Ilmu Falak : Potensi dan Tantangannya di Era Teknologi

Digitalisasi Ilmu Falak

Ahad, 28 Mei 2023, salah satu anggota Padepokan Albiruni mengisi diskusi yang sangat menarik. Diskusi ini dikemas dalam acara bertema “ Digitlisasi Ilmu Falak : Pemrograman Hisab Awal Waktu Sholat Berbasis Android ”. Acara ini diselenggarakan oleh HMPS HKI UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Tema digitalisasi ini sangat menarik dan relevan untuk diangkat mengingat sekarang perkembangan teknologi sedang ramai dibahas. Lebih-lebih dengan munculnya teknologi AI (Artificial Intelligence). AI juga disebut sebagai kecerdasan buatan.

Moch Mailan Nahdloh yang menjabat sebagai wakil sekretaris LF PCNU Kota Pekalongan, dalam hal ini menjadi narasumber utama yang mengupas bagaimana proses pembuatan aplikasi berbasis android untuk penentuan waktu shalat. Alan (sapaan sehari-hari) merupakan talenta muda yang dimiliki oleh Pekalongan. Di samping menjadi pengurus LF PCNU, ia juga tergabung di Padepokan Albiruni, yakni sebuah lembaga yang fokus dalam kajian dan pengembangan instrumen astronomi klasik.

Baca juga : Tiga Sarat Menjadi Instrumen Maker Astronomi Internasional 


Dalam penuturannya, ia menjelaskan bahwa peran aplikasi waktu shalat di era modern sangatlah penting karena bisa memudahkan banyak kalangan. Mereka yang tidak memiliki basic ilmu perhitungan falak bisa dengan mudah menggunakan aplikasi yang telah dibuat. Tapi untuk calon peneliti (mahasiswa yang menjadi peserta), sudah seharusnya bisa memahami proses bagaimana pembuatan aplikasi tersebut. Ini akan menjadi embrio kajian yang terus dikembangkan untuk kepentingan-kepentingan yang lain (tidak hanya ilmu falak).

Moch Mailan Nahdloh


Namun demikian, untuk bisa membuat aplikasi berbasis android, maka diperlukan media yang mendukung salah satunya adalah laptop (komputer) dengan standar minimal RAM 8 GB (16 GB lebih bagus). Hal ini diperlukan karena software yang digunakan untuk membuat aplikasi android tersebut sangat berat, sehingga akan tidak efisien jika diterapkan pada laptop yang memiliki RAM rendah (di bawah rekomendasi).


TRANSISI DARI FALAK KLASIK KE DIGITALISASI ILMU FALAK


Dengan berkembang pesatnya teknologi, beberapa ilmu pengetahuan akan mengalami transisi metode, terutama ilmu falak. Ilmu falak merupakan satu rumpun ilmu yang membahas pergerakan benda-benda langit yang bertujuan untuk penentuan waktu ibadah bagi manusia di bumi (mayoritas umat muslim). Salah satu kajiannya adalah perhitungan waktu shalat.

Jika pada awal kemunculannya, ilmu falak masih bersifat klasik (pengamatan langsung). Maka di era modern, ilmu falak mengalami transisi ke fase yang lebih maju dan relevan, yakni digitalisasi. Era klasik menuntut seseorang untuk memahami dengan betul banyaknya alur perhitungan untuk mendapatkan waktu shalat dalam sehari. Sehingga wajar jika banyak yang tidak bisa menguasainya. Sedangkan era modern dengan digitalisasinya mampu menjadikan seseorang hanya perlu input beberapa data untuk bisa mendapatkan jadwal waktu shalat dalam setahun. Ini adalah realita keilmuan yang harus diperhatikan dan dipelajari dengan baik.

Secara tidak langsung, digitalisasi ilmu falak menjadi momen adanya digitalisasi instrumen. Dari yang tadinya menggunakan alat sederhana seperti tongkat, rubuk, kalkulator. Sekarang beralih ke instrumen digital yang bisa diakses oleh smart phone.

Baca juga : Kenalan Dengan Instrumen Maker dari Belanda 


POTENSI DAN TANTANGAN DI ERA PESATNYA AI


Digitalisasi ilmu falak bisa dibilang ada di jalur yang tepat dan selaras dengan perkembangan zaman. Maraknya teknologi-teknologi pintar, salah satunya AI (Artificial Intelligence), menjadikan berbagai hal harus bisa menyesuaikan, terutama ilmu falak.

Teknologi AI ini bisa dikatakan akan menggeser beberapa kegiatan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Salah satunya adalah bagaimana mengetahui waktu shalat suatu tempat dengan cepat.

Potensi digitalisasi ilmu falak dalam beberapa hal sangat bagus dan bermanfaat. Contohnya dalam pemanfaatan penyedia data waktu shalat yang bisa diupdate tidap hari (tanpa menghitung), penyedia data pergerakan matahari dan bulan (bahkan bintang), penentuan arah kiblat, jadwal gerhana, dan lain-lain.

Namun, ada beberapa sisi yang bisa jadi mulai terpinggirkan bagi banyak kalangan, yakni bagaimana proses itu dibuat. Ini yang tidak boleh terjadi bagi calon akademisi (peneliti). Mereka dituntut untuk paham alur aslinya, juga paham bagaimana proses pembuatan aplikasinya, sehingga bisa menjadi penjamin kebenaran data yang dihasilkan. Bagi calon peneliti, proses di belakang aplikasi adalah sangat penting untuk diketahui, agar data yang diberikan kepada khalayak umum bisa dijamin keabsahannya. Maka, dengan adanya acara ini sangat membantu mahasiswa untuk memahami secara komprehensif.

Baca juga : Apa Itu Padepokan Albiruni? 


ANTUSIAS MAHASISWA FAKULTAS SYARIAH SANGAT TINGGI


Ini merupakan materi digitalisasi perdana yang mereka terima. Sebelumnya pembahasan ilmu falak masih berbasis manual (proses hitung dengan kalkulator maupun komputer). Namun, sekarang mereka merasakan bagaimana proses itu ternyata tidak terlalu sulit dan cepat ketika sudah ditransformasikan ke dalam program aplikasi andorid. Apalagi sudah menjadi hal wajar bahwa smart phone (HP) adalah barang wajib bagi semua orang, terutama mahasiswa. Meskipun demikian, di awal pelatihan masih banyak yang eror, tapi tetap optimis dan antusias. Alan berharap bahwa digitalisasi ilmu falak menjadi materi yang akan terus ditingkatkan.

Comments0

Mari bangun diskusi bersama.

Type above and press Enter to search.