Instrumen maker merupakan sebuah istilah bagi mereka yang ahli dalam membuat instrumen astronomi klasik. Instrumen tersebut seperti astrolabe, rubuk mujayyab, gunter, volvelle dan lainnya. Salah satu instrumen maker adalah Nicolas Bion (Peraancis). Ia dikenal sebagai king of mathematical instruments. Berbagai instrumen bisa dibuat baik yang sederhana maupun kompleks. Ia akhirnya dikenal di berbagai negara. Sebutan instrumen maker bisa dibilang sangat akrab pada masa abad pertengahan.
Dalam acara pembukaan Magang Falak Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang bersama Padepokan Albiruni yang berlangsung selama dua hari (6-7 Mei 2023), Ehsan Hidayat sebagai ketua Padepokan menjelaskan tiga sarat menjadi instrumen maker. Ia mengatakan demikian setelah berkecimpung dalam bidang instrumen sejak 2017 hingga sekarang.Bahwa tiga sarat ini adalah sarat minimal yang harus dikuasai oleh seseorang apabila ingin menjadi ahli dalam bidang pembuat instrumen astronomi klasik.
Baca juga : Kenalan dengan Instrumen Maker dari Belanda
Padepokan tersebut hadir sebagai bentuk respon terhadap nasib karya-karya ilmuan muslim abad pertengahan dalam bidang instrumen yang sudah banyak tertinggal dan ditinggalkan. Wajar saja jika inovasi kita (akademisi) dalam bidang ini sedikit lambat. Ini karena sangat jarangnya mengkaji dan menginterpretasi poin-poin pengembangan yang ada di karya instrumen astronomi klasik tersebut.
Ehsan menjelaskan bahwa setidaknya kita harus memiliki tiga skill agar bisa mengembangkan ulang atau membuat baru karya instrumen astronomi klasik yang bisa dimanfaatkan di era mdern.
1. Ilmu astronomi / falak
2. Matematika
3. Desain grafis
Pertama adalah Ilmu astronomi. Ini wajib diketahui bagi calon instrumen maker. Mereka harus memahami hal-hal mendasar yang sering diaplikasikan di dalam masyarakat. Kemudian menggali pertemuan antara teori dan praktik untuk dijadikan sebuah instrumen peraga yang bermanfaat. Contoh saja teori arah kiblat, maka bagaimana seseorang bisa menjelaskan cara praktiknya. Awal bulan kamariyah, waktu shalat, posisi benda langit hingga fenomena gerhana. Ini adalah sarat nomor satu yang harus diketahui oleh calon instrumen maker,
Kedua adalah ilmu matematika. Ehsan menjelaskan bahwa “Sebenarnya matematika dasar sangat membantu dalam hal logika. Cara menyelesaikan masalah dengan logika sederhana adalah buah dari matematika, sehingga ini bisa bermanfaat bagi seseorang untuk memecahkan permasalahan di ilmu lainnya.” Minimal seseorang harus bisa operasi dasar matematika seperti perhitungan, perkalian, pembagian dan lain sebagainya. Jika kebetulan ahli, maka lebih bagus.
Baca juga : Mengenal Sang Bintang Kecil Bernama Al-Kashi
Ketiga ilmu desain grafis. Ilmu ini termasuk produk modern. Sebagai bentuk Unity of Science (penyatuan ilmu), maka bagaimana memperlakukan warisan klasik dengan era modern adalah sesuatu yang sangat penting. Desain grafis merupakan produk ilmu di era modern yang hampir dibutuhkan dalam berbagai hal kehidupan. Visualisasi gambar yang dihasilkan sangat bagus daripada era klasik yang bermodalkan pewarnaan ala kadarnya. Di samping terkait pewarnaan dan akurasi, desain grafis juga mengajarkan alur penyusunan garis, angka dan huruf sehingga menjadi sebuah instrumen yang sangat terkonsep dengan baik.
Instrumen Maker dari Belanda. Klik link ini untuk membaca artikelnya. |
Tiga sarat di atas menjadi satu kesatuan yang tidak boleh ditinggalkan. Orang yang ahli astronomi maupun ilmu falak belum tentu bisa membuat instrumen astronomi tanpa mengetahui ilmu desain grafis. Begitu juga sebaliknya, pandai desain grafis tapi tidak pandai matematika dan astronomi, maka sulit untuk menghasilkan instrumen astronomi.
MENJADI INSTRUMEN MAKER INTERNASIONAL
“Di era bebas komunikasi seperti sekarang ini, kita harus pandai menangkap celah yang dibutuhkan oleh dunia. Tentunya dengan sarat menguasai bahasa internasional seperti bahasa inggris dan arab. Jika kita bisa menemukan sesuatu yang baru dan dunia berpotensi membutuhkannya, maka kita dengan sendirinya akan terbawa pada berbagai tawaran maupun pertanyaan. Dan ini bagus bagi mereka yang ingin berkecimpung secara global serta poin positif bagi pendidikan di negara orang tersebut.” Tutur Ehsan kepada para mahasiswa yang hadir.Baginya, temuan penting di era modern akan dengan sangat cepat dan mudah tersebar ke penjuru dunia. Ini karena konsekuensi jaringan komunikasi yang sudah terbuka lebar. Seorang instrumen maker sudah saatnya melihat diri sebagai bagian dari pegiat lintas global, sehingga aspek bahasa sangat penting baginya dan harus disikapi sebagai kebutuhan mendesak yang akan terus menuntut dipelajari.
Di samping tiga sarat di atas, ada skill lain yang juga perlu dipersiapkan. Contohnya ilmu coding, AI, robotik dan lainnya. Suatu saat ilmu tersebut akan bersentuhan dengan karya-karya yang sudah dibuat. Dengan cara ini, eksistensi instrumen astronomi klasik yang pernah jaya di masanya bisa dinikmati kembali dengan versi terbaik di era modern.
Ehsan berharap dengan bocoran skill yang dijelaskan di atas, dari sekian mahasiswa yang hadir kelak akan meneruskan jejak instrumen maker ilmuan muslim di level internasional. Semoga terwujud.
Comments0
Mari bangun diskusi bersama.