Bintang kecil itu bernama Al-Kashi yang akhirnya dinobatkan sebagai salah satu ilmuan islam terkenal di bidang astronomi dan matematika. Seorang yang menjadi kebangganaan raja Ulugh Beg. Sosok yang memiliki dedikasi tinggi terhadap ilmu dan tauladan hebat yang memiliki karya instrumen astronomi.
Al-Kashi merupakan ahli matematika dan astronomi yang paling terkenal pada paruh pertama abad ke 15. Nama lengkapnya adalah Ghiyath Al-Din Jamshid Mas’ud Al-Kashi. Kata Al-Kashi (atau Al-Kashani) mengindikasikan sebuah tempat bernama Kashan. Tempat ini kurang lebih berjarak 150 km dari kota Isfahan.
Baca juga : Ibn Firnas, Ilmuan Muslim Pelopor ....
Al-Kashi muda tidak kenal lelah untuk berkelana mencari ilmu, bahkan ketika ia sudah mencapai level seorang ilmuan. Ia layaknya ilmuan pada orde keemasan Islam, melakukan perjalanan panjang demi mencari magnet pengetahuan saat itu. Beruntungnya, perjalanan panjangnya bertemu dengan sosok raja yang sangat berpengaruh, yakni Ulugh Beg.
AL-KASHI DAN ULUG BEG
Al-Kashi menghabiskan masa-masa akhirnya dengan menjadi anggota peneliti di bawah naungan raja Ulugh Beg (1394-1449). Ulugh Beg sendiri adalah sosok yang sangat serasi bagi Al-Kashi. Alasannya adalah Ulugh Beg tidak terwarisi DNA untuk melakukan penaklukan-penaklukan sebagaimana tradisi kerajaan / kesultanan. Ia justru mewarisi DNA ilmuan yang akhirnya membuat tabel astronomi bernama Zij. Tabel ini pada akhirnya juga yang mendominasi di Indonesia pada awal abad ke 20.Tidak sampai di situ, Al-Kashi semakin terkesima karena sang raja Ulugh Beg juga mendirikan sebuah madrasa (tempat yang difokuskan pada pengembangan ilmu teologi dan sains). Didirikan di Samarkand pada tahun 1417. Terlebih dengan ditetapkannya bidang astronomi sebagai materi paling banyak diperhatikan oleh Ulugh Beg.
Sepertinya Ulugh Beg memiliki visi besar pada bidang astronomi. Ia lantas merekrut banyak saintis dari berbagai tempat dan salah satunya adalah Al-Kashi. Di sinilah pertemuan hebat antara sosok muda yang haus pengetahuan dan sang raja yang memiliki DNA ilmuan tinggi.
DI BAWAH KOMANDO ULUGH BEG, SAMARKAND MENJADI PUSAT SAINS
Ulugh Beg membuktikan DNA ilmuannya. Sekitar tahun 1449, Samarkand menjadi tempat yang paling penting dalam pengembangan pengetahuan di bumi timur. Tempat ini menjadi pusat sains bagi kebanyakan pengembara ilmu. Al-Kashi yang sangat menikmati iklim tersebut, melanjutkan visinya pada bidang astronomi dan matematika. Aktif mengelola observatorium yang telah dibangun oleh sang sultan.Dikelilingi beberapa peneliti lain, Al-Kashi mampu menampilkan kiprahnya di hadapan Ulugh Beg. Acapkali ia berhasil memecahkan perhitungan yang sangat rumit di hadapan sang Sultan. Dan ini pun menjadikan Ulugh Beg merasa bangga. Kadang ia (Al-Kashi) turut tersanjung dengan kehebatan sang Sultan karena sosoknya yang handal dalam beberapa cabang pengetahuan.
Samarkand menjadi ramai, dan keramaian ini tidak luput dari magnet para peneliti yang mendiami sebuah tempat observatorium milik Sultan yang berwawasan luas dan bervisi tinggi. Samarkand kini menjelma menjadi pusat pengetahuan.
Baca juga : Kenalan dengan Instrumen Maker dari Belanda
KARYA INSTRUMEN ASTRONOMI AL-KASHI MENGGUNCANG AKADEMIK PERADABAN
Sosok ilmuan bernama E.S. Kennedy turut serta mengagumi karya Al-Kashi. Iya menulis sebuah buku dengan judul The Planetary Equatorium of Jamshid Ghiyath Al-Din Al-Kashi. Buku ini diterbitkan oleh Princeton University Press tahun 1960, sebuah penerbitan di bawah nama kampus besar di Amerika. Buku yang bertebal 288 ini mengulas berbagai hal tentang Al-Kashi, termasuk karya instrumennya.Kennedy menceritakan bahwa dua karya besar al-Kashi yakni “It is an example of the class of devices known as equatoria, analogue computers on which the various Ptolemaic planetary configurations were laid out to scale. They thus yield solutions to such problems as that of finding the true longitude of a planet at a given time. Kashi’s equatorium is only one element in a tradition stretching through sixteen centuries in time, and in space from Western Europe to Central Asia via North frica and the Near East “.
The second instrument, the “Plate of Conjunctions” (Lawh al-Ittisalat), is a simple device for performing a linear interpolation”.
Dari ungkapan Kennedy di atas, kita tahu bahwa Al-Kashi memiliki sebuah instrumen yang bernama Equatorium dan Plate of Conjuction. Alat yang pertama ini bisa digunakan untuk mengetahui lintang sebuah planet pada waktu yang diinginkan. Adapun instrumen keduanya secara sederhana digunakan untuk simulasi interpolasi linier.
Baca juga : Peradaban Gerhana Era 3340 Sebelum Masehi
GIATKAN MENULIS, AL-KASHI MENJADI SOSOK BESAR
Di samping kegiatan ilmiahnya, Al-Kashi tetaplah seorang anak yang memiliki orang tua. Dan sudah menjadi keumuman bahwa ketika seorang anak rindu, maka menulis adalah salah satu obatnya dan Al-Kashi menggunakannya.Sebagai obat rindunya, Al-Kashi pernah mengirimi surat kepada orang tuanya. Uniknya, di dalam surat tersebut tidak hanya menjelaskan kabar, namun ada nilai-nilai pengetahuan yang akhirnya banyak dicari oleh para peneliti di dunia. Surat itu sekaligus menjadi bukti kehebatan sang Sultan Ulugh Beg dan kecerdasan Al-Kashi dalam berbagai hal sewaktu menjadi anggota peneliti di naungan Ulugh Beg. E.S. Kennedy sedikit mengutip bahwa “ The Letter describes the status of the work in progress on the construction of instrumens for the observatory. It closes with a detailed explanation intended to make clear to the layman why the taking of observations for a complete set of planetary parameters is a long process, and cannot be sompleted in as short a time as a year, or anything like it.”
Cuplikan ini sekilas menjadi gambaran betapa rajinnya seorang Al-Kashi. ini lah yang patut ditauladani bagi pemuda-pemudi yang memiliki rasa haus pengetahuan. Al-Kashi menjadi bukti bahwa pemuda adalah generasi penerus. Generasi perubahan yang mampu menyumbangkan tinta emas bagi daerahnya. Al-Kashi akan harum dalam jejak pengetahuan. Al-Kashi inilah sang bintang kecil yang ada di bumi.
Berikut ini adalah gambar instrumen Thabaq al-Manatiq dan Plate of Conjunctions.
Comments0
Mari bangun diskusi bersama.