Abbas Qasim Ibnu Firnas (di Barat dikenal dengan nama Armen Firman) dilahirkan pada tahun 810 Masehi di Ronda, Spanyol. Dia dikenal ahli dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ahli kimia, humanis, penemu, musisi, ahli ilmu alam, penulis puisi, dan seorang penggiat teknologi.
Ibn Firnas merupakan ilmuan keturunan Maroko yang hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol). Pada tahun 852, di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Rahman II, Ibnu Firnas memutuskan untuk melakukan ujicoba terbang dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari jubah yang disangga kayu. Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya, Ia pun berhasil mendarat walau dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal sebagai parasut pertama di dunia.
Berlanjut pada tahun 875, saat usianya menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang mampu membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil dibuat, ia sengaja mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya diJabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba. Penerbangan yang disaksikan secara luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses. Sayangnya, karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Baca juga : Kenalan dengan Instrumen Maker dari Belanda
MENANTI GENERASI PENERUS TERHADAP CAPAIAN MASA LALU
Seandainya ia tidak mengalami cedera parah, maka bisa jadi karya dan teorinya tentang instrument penerbangan akan lebih hebat lagi. Ini merupakan sebuah kebanggan yang harus diteruskan.Mengenang tokoh pada masa kejayaan Islam merupakan sebuah pembacaan ulang terhadap khazanah masa lalu (turats) hingga kini masih jarang dilakukan, terutama dalam konteks menemukan sebuah model pendidikan atau bahkan dilupakan oleh para pakar pendidikan modern sekalipun. Hal ini, di antaranya disebabkan oleh adanya kecenderungan manusia modern, terutama di Indonesia yang sering mengabaikan masa lalu dan memandang masa lalu hanya sebatas bagian dari kehidupan manusia, tanpa memetik ibrah dari peristiwa yang terjadi di masa lalu. Upaya pembacaan terhadap masa lalu merupakan salah satu bentuk memunculkan kembali kesadaran historis untuk tujuan menemukan identitas diri suatu bangsa guna menyongsong kemajuan dan kejayaan di masa yang akan datang.
Baca juga : Qanun Al-Mas'udi Bagian 1
Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya. Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.
Ibn Firnas hanya segelintir tokoh yang mungkin tercatat dalam sejarah keilmuan. Namun, ide dan gagasannya selalu harum dan diceritakan di berbagai Lembaga Pendidikan di penjuru dunia.
Baca juga : Tiga Sarat Menjadi Instrumen Maker Internasional
Comments0
Mari bangun diskusi bersama.